SSD
SSD, benda ini menjadi populer beberapa tahun belakangan ini bagi individu yang sering berkutat dengan komputer atau laptop. Dan tidak menutup kemungkinan orang awam pun setidaknya pernah mendengar kata ini ketika hendak membeli laptop dari para pedagang laptop, biasanya mereka menawarkan "
Ngak upgrade ke SSD sekalian mas?" atau "
Ini ada model yang udah pake SSD lho mas". Yah, bagi mereka itu hal lumrah, karena memang harga SSD itu lebih mahal daripada HDD dan akan membuat omzet mereka naik.
Wah, SSD mahal donk?
Oh, sama sekali tidak. Mahal itu relatif, kalau kata netizen "
Ngak ada yang mahal, kamu aja yang miskin!". Tapi tenang, kami tidak akan se-
afgan itu kepada kamu.
SSD tidak mahal, mahal itu ketika harga yang kamu keluarkan tidak sebanding dengan nilai manfaat yang kamu peroleh. Walaupun SSD memang lebih mahal daripada HDD, tapi jika dibandingkan dengan segi manfaat yang didapatkan setelah migrasi menggunakan SSD, wow, saya pastikan kamu tidak akan menyesal. Yah, paling kesalnya ketika membayar SSD-nya aja sih, setelah dipakai lambat laun kamu akan tersadar sudah berjalan di jalan yang tepat.
Mengutip komentar salah satu praktisi IT di Indonesia, " SSD ngak mahal, SSD akan membuat laptop atau PC terasa lebih mahal"
Persepsi mengenai SSD mahal inilah yang kadang membuat orang berpikir berkali-kali untuk mengupgrade HDD ke SSD. Nah, karena itu untuk yang sudah tahu SSD, tapi masih ragu-ragu untuk upgrade, silakan baca artikel ini.
Apa sih SSD itu?
Sebentar, sebentar, banyak nih yang belum tau SSD. Itu apa sih?
SSD atau
Solid State Drive merupakan media penyimpanan (storage). Kalau kamu kenal harddisk/hard disk drive (selanjutnya akan kita singkat sebagai
HDD) yang ada di laptop atau PC, nah SSD ini adalah generasi selanjutnya dari HDD itu.
SSD dengan chip besutan SAMSUNG
|
Bedanya apa?
Walaupun sudah jelas tentunya kalau komponen yang membentuk masing-masing akan berbeda sekali. Tapi perbedaan paling mendasar dan membuat SSD menjadi
next generation storage device adalah bentuk atau media penyimpanan yang digunakan oleh keduanya.
Dari namanya sudah kelihatan ya, HDD, Hard Disk Drive. Disk yang artinya piringan atau cakram. Nah, HDD ini menggunakan piringan itu sebagai media untuk menyimpan data. Sedangkan SSD menggunakan memori, kalau kamu pernah melihat RAM ada benda kotak hitam yang menempel di body RAM. Itulah yang disebut sebagai memori atau chip memory.
Bagian dalam HDD |
Trivia: Penyebutan USB Flashdisk merupakan kesalahan dalam pemakaian istilah, nama yang tepat adalah USB Flashdrive. "Drive" artinya media penyimpanan yang menggunakan flash memory. Tapi singkatannya masih tetap sama yaitu "FD".
Kelebihannya dibandingkan HDD apa?
Kelebihan utama dan memang merupakan alasan utama SSD diciptakan adalah kecepatan akses data yang jauh jauh jauh lebih cepat dibandingkan HDD.
Balik lagi sedikit ke paragraf atas, media penyimpanan HDD merupakan piringan. Jadi semua data akan diletakkan kedalam fisik piringan itu dan HDD memiliki mekanisme mekanis untuk mengakses data tersebut. HDD memiliki bagian yang seperti "jarum" yang namanya
Head (R/W Head) yang akan "menyentuh" piringan untuk mengakses data.
Komponen HDD - Kiri: Motor Lengan Actuator, Kanan: Head
|
Nah, sistem kerjanya sama seperti alat pemutar piringan hitam jadul,
Gramaphone. Untuk mencari data, piringan akan berputar sampai head ini menemukan posisi fisik dari data itu. Head ini terhubung dengan lengan(actuator arm) yang memungkinkan head untuk maju dan mundur selagi piringan berputar. Tentunya karena proses ini terjadi secara mekanis/fisik, tentunya akan lumayan memakan waktu.
Sedangkan SSD yang berbasis flash memory tidak menggunakan mekanisme mekanis ini, karena memang datanya disimpan dalam chip memory yang akan diakses menggunakan gelombang listrik laiknya proses akses data di chip memori lain seperti RAM, yang tentu saja jauh lebih cepat daripada kecepatan proses yang terjadi mekanis.
Selain itu karena SSD menggunakan chip memory jika dibandingkan dengan HDD yang menggunakan piringan, maka SSD ini lebih tahan "goyang" dibandingkan dengan HDD. Masalah HDD yang sejak jaman pertama kali muncul adalah goncangan ini, jadi HDD itu rentan akan terhadap goncangan seperti komponen dengan penggerak mekanis lainnya. Bahkan untuk perangkat PC yang jarang bergerak pun resiko kerusakan akibat gerakan(bukan gerakan putar piringan) seperti tergoncang juga masih terjadi, apalagi dengan laptop yang portable dan selalu dibawa kemana-mana. Nah, masalah goyang mengoyang ini tidak ditemukan di SSD, mau dibanting, mau dilempar, tidak masalah selama SSDnya tidak patah atau bocel bagiannya!
Seberapa jauh sih beda kecepatan dalam menemukan data ini?
Kecepatan menemukan data atau istilah kerennya seek time adalah waktu yang dibutuhkan sebuah media penyimpanan untuk menemukan data yang dicari. Data-data ini ditempatkan kedalam medianya, piringan untuk HDD dan chip memori untuk SSD.
Kalau HDD, disk/piringannya ini harus berputar dulu sampai datanya ketemu. Bayangkan kalau proses
random operation, wah, apalagi ini...Random operation contohnya adalah membaca file-file kecil, kalau kamu pemakai Windows, pada saat
boot OS maka akan membutuhkan pemanggilan file-file renik (file .dll, file .exe, dan sebagainya) yang size-nya berkisar dari 100Kb sampai beberapa Mb. Tentunya file-file in iharus diakses secara sekuensial, berurutan. Jadi kalau posisi file 1 dan berikutnya ini jauh di piringan, maka HDD ini harus memutar piringan itu sampai ketemu satu persatu. Ini yang menyebabkan booting Windows atau OS lain di HDD akan terasa lama sekali.
Kalau SSD, ini menariknya karena teknologi yang digunakan adalah chip memory maka akses filenya dilakukan dengan impulse listrik, jadi datanya cuma perlu diambil dari chip saja, tinggal dicomot aja. Secara praktis proses ini dikatakan 100x lebih cepat daripada HDD. Selain itu SSD juga mendukung pembacaan file ukuran kecil jauh lebih cepat lagi. Karena itu booting Windows atau OS lain menjadi terasa sangat cepat sekali dengan SSD ini.
Sequential Access vs Random Access
|
Random Operation adalah pengaksesan data dalam posisi acak atau tidak berurutan dalam media penyimpanan.
Bagaimana dengan kecepatan transfer datanya?
Jauh sekali bedanya, sebuah HDD pada umumnya akan mempunyai kecepatan antara 70-120 MB/s. Sedangkan SSD generasi pertama (model dan generasi paling lambat) mencapai 500! MB/s!. Bisa dibayangkan donk, yang paling lambat aja bisa 5x lebih cepat, apalagi yang paling cepat saat ini.
Dibawah ini ada komparasi kecepatan R/W antara HDD dan SSD yang umum beredar dipasaran, perlu digaris-bawahi bahwa ini bukan merupakan yang paling cepat dari keduanya dan tentunya juga bukan yang paling mahal.
Komparasi kecepatan Read/Write antara HDD dan SSD yang beredar dipasaran
|
Untuk model
mediocre antara keduanya saja perbedaan kecepatannya sudah mencapai 9-10 kali lipat, yang tentunya SSD menjadi yang lebih cepat.
Bagi yang belum paham apa itu
R/W, begini "R" adalah Read (baca) dan "W" adalah Write (tulis).
Proses "
Read" terjadi ketika data dari HDD/SSD dibaca/diakses keluar dari HDD/SSD. Misalnya kamu nonton video dari HDD/SSD, copy data dari HDD/SSD ke FD atau buka photoshop, ini namanya membaca atau read data dari HDD/SSD.
Proses "
Write" terjadi ketika kamu menulis/memasukkan data kedalam HDD/SSD. Misalnya kamu mencopy data dari FD ke HDD/SSD atau mendownload dari internet kemudian disimpan ke HDD/SSD.
Terminologi kecepatan dalam teknologi media penyimpanan/storage device ada 2, yaitu: Kecepatan transfer data/ data speed transfer dan Kecepatan pencarian data/ data seek time.
Tadi disinggung model dan generasi SSD. Memang ada apa saja?
Nah, ini masuk ke point berikutnya, yaitu:
Model dan Tipe SSD
Nah, ini kita mulai masuk lebih dalam lagi di SSD, jadi siapkan slot sedikit di ingatan untuk beberapa terminologi alien yang dibuat oleh komunitas IT. Tapi jangan takut, belajar teknologi disini tidak akan susah ataupun terasa berat, kita akan bahas pelan-pelan.
Model dan tipe SSD
|
Anatomi umum dari SSD
|
Untuk memulai membahas model dan tipe SSD, kita akan membagi menjadi beberapa poin:
- Interface dan Form Factor SSD
- M.2 SSD Key
- Buffer/Cache SSD
- Cell level
Interface dan Form Factor SSD
Tentunya semua sudah sadar kalau SSD ini hanya merupakan salah satu dari komponen yang membentuk sebuah sistem. Jadi SSD tidak berdiri sendiri, harus ada motherboard, processor, dan lain sebagainya dalam laptop atau PC. SSD ini harus di
connect ke PC atau laptop, nah cara SSD ini mengkoneksikan diri ke PC ini yang kita sebut sebagai
interface atau antarmuka. Umumnya interface ini direpresentasikan dengan konektor (atau kamu munkgin lebih familiar dengan istilah slot, colokan, atau port). Konektor ini jenisnya banyak, akan kita bahas satu-persatu disini.
Interface SATA 2.5"
Seperti namanya SSD ini berukuran 2.5 inch dengan interface tipe SATA. Jika dibandingkan dengan HDD, SSD ini memiliki
form factor(bentuk fisik) yang sama dengan HDD pada umumnya terutama HDD pada laptop atau notebook.
SSD SATA WD Blue 2.5 inch
|
Jadi karena form factor dan interface yang sama, maka PC atau laptop yang menggunakan HDD SATA 2.5 inch sudah pasti bisa diupgrade atau diganti dengan SSD jenis ini.
Namun, sayangnya SATA ini memiliki keterbatasan kecepatan R/W hanya sekitar 500MB/s, jadi ini termasuk generasi awal dari SSD dan merupakan model yang paling lamban.
Interface m-SATA
m-SATA atau Mini SATA, pada dasarnya ini sama dengan SATA karena konektornya masih juga SATA hanya saja lebih mini. Kenapa bisa mini? Karena hanya saja diambil board kecil dan konektor yang dibutuhkan, sebenarnya ada rahasia mengenai SSD SATA terungkap kemudian, yaitu isi dari SSD SATA 2.5 inch itu hanya membutuhkan space kecil saja.
Jerohan dari SSD WD Blue SATA 2.5 inch
|
Nah, kalau dilihat diatas tentunnya kelihatan jelas ada space kosong yang bisa dihilangkan dengan mengoptimalkan design dari SSD itu sendiri. Karena itulah keluar generasi selanjutnya yaitu m-SATA.
Perbandingan ukuran form factor SSD SATA dan mSATA
|
Dengan form factor dan ukuran yang lebih kecil, m-SATA ini sangat membantu untuk laptop yang mempunyai ruang terbatas dan cenderung kecil. Tapi ingat, karena memang masih pakai konektor SATA untuk interfacenya, maka kecepatannya ya masih sama dengan SATA, kisaran 500MB/s.
Interface PCIe
PCI-Express, yak benar. Ini adalah konektor yang umumnya digunakan pada laptop dan PC. Konektor ini biasanya digunakan untuk VGA/graphics card atau sound card.
Slot PCI pada motherboard PC
|
VGA Card dengan slot PCIe
|
Kenapa ini dipakai untuk SSD?
Ini yang menarik, dengan makin majunya teknologi SSD yang tentu speednya akan makin cepat, SATA ini dinilai menghambat peningkatan speed ini. SSD tidak bisa mengeluarkan kemampuan tertingginya karena terbatas pada kecepatan maksimum yang bisa dihandle oleh SATA yaitu sekitar 500MB/s. Padahal dengan perkembangan chipmemory saat ini, kecepatan yang didukung sudah jauh lebih besar lagi.
SSD PCIe besutan Intel dengan heatsink terpasang
|
Karena itulah kemudian para ahli, peneliti, dan produsen SSD mencari cara bagaimana cara agar SSD bisa ngebut
to the max. Pada akhirnya menunjukkan bahwa harus menggunakan interface lain, kemudian pilihan jatuh ke konektor PCIe yang bisa menghandle speed antara 700MB/s sampai 1000MB/s. Itu kenceng banget, kalau dibandingkan HDD atau SSD SATA.
Hanya saja kekurangan dari PCIe ini adalah panas yang tinggi, jadi harus ada heatsinknya. Selain itu karena menggunakan PCIe, hanya bisa dipasang secara normal di PC. Walaupun memang laptop juga menggunakan PCIe, tapi karena space yang terbatas di laptop itu udah kepakai semua ngak ada slot PCIe kosong. Sementara PC yang punya banyak slot PCIe masih ada slot yang kosong.
NGFF atau M.2
Istilah alien lagi yang ternyata namanya sangat mudah dipahami: Next Generation Form Factor, artinya form factor generasi selanjutnya. Tapi karena sesuatu dan lain hal yang misterius, diganti dengan istilah M.2 (baca: "
em dot two"). Apalagi inii..
M.2 = mSATA.2, mSATA generasi ke-2.
Begitulah kira-kira.
mSATA lagi donk, bedanya apa?
Ukurannya lebih kecil daripada mSATA generasi pertama. Selain itu M.2 dalam SSD juga mensupport macam-macam konektivitas/interface, yaitu: SATA, PCIe. Perlu diperhatikan walaupun konektornya tetap sama bentuknya, tapi interface yang didukung dibelakangnya bisa berbeda, tergantung dari motherboardnya itu sendiri.
SSD M.2 merk Orico
|
Tapi yang umumnya dipakai ya jelas PCIe karena memang yang paling kenceng, tapi ada juga yang masih pakai SATA. Ini tergantung dari harganya, makin mahal, makin cepat SSD.
Dalam M.2 ini ada istilah alien lagi, yaitu NVME. Tenang saja, akan kita bahas pelan-pelan-dan pelan, biar ngak berasap.
NVME, NVM Express, Non-Volatile Memory Express.
Non Volatile Memory artinya memory yang kalau tidak ada arus listrik, data yang tersimpan tidak hilang. Contohnya FD/flashdrive.
Express artinya konektifitasnya dengan speed kenceng.
NVMe, berarti sebuah memory yang kalau tidak ada arus listrik datanya tidak hilang dan memiliki kecepatan akses yang kenceng banget.
Panjang ya, ooh, ternyata ada nama lainnya yang lebih panjang, yaitu NVMHCIS!. Non-Volatile Memory Host Control Interface Specification.
Perhatikan "Interface Specification" artinya ada spesifikasi interface yang digunakan. Jadi spesifikasi interface yang pengendali/pengontrol non volatile storage.
Karena ini adalah generasi paling baru dari SSD, maka selanjutnya akan kita gunakan sebagai pokok bahasan di artikel ini.
Jadi untuk SSD M.2 biasanya dibagian deskripsi atau nama produknya umumnya akan menggunakan semua istilah alien diatas dan beberapa tambahan lain, misalnya
SSD M.2 NVMe PCIe 3.0 x4 2280.
Gimana cara bacanya?
Note untuk ukuran fisik SSD M.2 ada beberapa jenis, misalnya: 2280, 2260, 2242. Makin panjang(80,60,atau 42) ukurannya makin bagus performancenya karena komponen chipnya bisa lebih banyak dan bisa dipasang cache memory dan lain sebagainya.
Beragam ukuran SSD M.2
|
Nah, selain form factor diatas (2,5 inch, mSATA, M.2) masih ada beberapa form factor SSD misalnya PATA, UDMA, dan U.2. Tapi tidak akan kita bahas disini karena memang sudah tidak diproduksi lagi atau tidak umum digunakan oleh khalayak ramai.
M.2 SSD Key
Pada bagian SSD m.2 dikenal istilah Key. Apa itu Key dalam SSD M.2?
Macam-macam Key dalam SSD M.2
|
Key adalah model atau tipe dari colokan atau notch. Ini adalah bagian yang dipasangkan ke PC atau laptop, bagian yang ada emasnya. Ini harus diperhatikan baik-baik ketika membeli SSD, karena masing-masing key ini hanya akan bisa dipasang pada slot tertentu di PC atau laptop (lihat tabel dibawah untuk lebih jelasnya)
Tabel SSD Key dan socket board |
SSD Key ini dibuat supaya tidak salah pasang SSD pada PC atau laptop. Biasanya:
- B Key adalah SATA
- M Key adalah PCIe x4 (dan keatas),
- B&M Key adalah PCIe x2
Tapi ada juga SSD M key yang menggunakan interface SATA, jadi harus benar-benar diperhatikan kesesuaian board dengan SSD M.2 yang akan dibeli.
Bagaimana cara ceknya? Lihat spesifikasi di board laptop atau PC, untuk board yang kekinian biasanya tertera dibagian socketnya.
Bagaiamana kalau salah key? Ya, gak bisa dikenali, jadi ngak bisa dipakai.
Buffer/Cache SSD
Ini yang biasanya membedakan antara SSD yang murah dan yang mahal sangat. Jadi ada beberapa SSD yang menyatakan "
ini pakai DDR3/RAM/buffer/cache memory" ini biasa ada di SSD yang kenceng-kenceng dan tentunya harga yang lebih mahal.
SSD dengan cache memory
|
Apa sih itu?
Dalam pemakaian komputer kadang-kadang (seringkali) prosesnya membutuhkan data yang sering dipakai berkali-kali, nah data semacam ini akan ditaruh di RAM/cache ini. Dengan mekanisme ini maka data-data yang sering diakses itu akan lebih cepat lagi untuk diakses.
Jadi untuk SSD yang memiliki "RAM" ini sudah jelas perfomanya akan lebih tinggi lagi, tapi sekali lagi harganya akan lebih mahal lagi. Harga dan perfoma SSD itu berbanding lurus.
Cell Level
SSD ini merupakan salah satu aplikasi dari teknologi NAND Flash. Lagi-lagi istilah alien ya.
NAND flash memory adalah sebuah tipe dari teknologi
nonvolatile storage yang dikembangkan dengan tujuan untuk menghemat atau mengurangi
cost per bit dan meningkatkan kapasitas maksimal dari sebuah chip memory. Perlu diketahui bahwa sebuah SSD bisa punya lebih dari 1 chip memory, sesuai dengan kapasitas yang ditawarkan.
Nah, dalam teknologi ini dikenal beberapa level cell.
Cell Level
|
SLC (Single Level Cell)
Ini merupakan tipe level cell SSD pada awal pengembangannya, 1 bit data mengisi 1 cell. Ini merupakan tipe yang paling aman, paling cepat, dan paling mahal. Karena itu jarang sekali ditemukan di produk pasaran untuk konsumer umum.
Kelebihan SLC:
- Lifetime paling lama diantara tipe lainnya
- Charge cycles paling banyak diantara tipe lainnya
- Bisa beroperasi di rentang suhu yang lebih lebar (suhu minimum dan maximum)
Kekurangan SLC:
- Harganya, wow, paling mahal sekali.
- Hanya tersedia dengan kapasitas kecil
Karena sifatnya diatas, maka SLC ini biasanya hanya digunakan di industri besar atau server yang membutuhkan proses R/W yang sangat sering.
Multi Level Cell
MLC diproduksi sebagai solusi harga dari SLC. Kalau SLC 1 bit data ada di 1 cell, maka di MLC dalam 1 cell ada 2 bit data. Walaupun secara teori ini berarti mengorbankan kecepatan dan lifetime dari SLC, tapi ini menjadikan harga SSD jauh lebih rendah dan menjadi
affordable untuk konsumer umum.
Kelebihan MLC:
- Harga pokok produksi (HPP) yang lebih rendah, menyebabkan harga jualnya juga rendah (murah).
- Lebih reliable daripada TLC
Kekurangan MLC:
- Durabilitas yang lebih rendah dibandingkan SLC
Rekomendasi penggunaan untuk pemakaian harian, seperti gamers, dan PC atau laptop kantor.
TLC (Triple Level Cell)
Seperti namanya, Triple Level Cell, berarti dalam 1 cell ada 3 bit data. Tipe ini bahkan lebih murah dibandingkan dengan MLC. Tapi masalahnya adalah durabilitas yang sangat sangat rendah.
Kelebihan TLC:
- Harga lenih murah dari MLC
Kekurangan TLC:
- Durabilitas yang sangat rendah
Rekomendasi penggunaan terbatas pada penggunaan harian ringan, seperti pemakaian kantor untuk email, office.
QLC (Quad Level Cell)
QLC, 1 cell bisa diisi 4 bits data. Jelas makin murah lagi daripada TLC sekalipun, tapi tentu saja mengorbankan lagi kecepatan akses. Bahkan kecepatan R/W dari QLC hanya sekitaran kecepatan HDD, kalau begitu kenapa donk harus pakai QLC SSD?
Nah, ini dimana buffer atau cache sangat memainkan perannya, walaupun kecepatan R/W chip sama dengan HDD, tapi ketika ditambah dengan buffer/cache maka tidak akan terasa bahwa ini QLC. Rasanya akan hampir sama dengan TLC, walaupun tidak sekencang TLC.
Bedanya dengan HDD+RAM apa? QLC merupakan chip, sedangkan HDD pakai piringan. Jadi QLC walaupun memakai "RAM" (cache), tapi karena keduanya(QLC dan cache) merupakan chip/flash storage, maka kecepatannya transfer antara chip tersebut akan lebih cepat.
Kelebihan QLC:
- Kapasitas yang sangat besar, paling besar diantara semua tipa
- Dengan kapasitas besar tersebut, harganya lebih murah
Kekurangan QLC:
- Kecepatan akses yang paling lamban diantara semua tipe
Rekomendasi penggunaan SSD QLC adalah untuk penggunaan sebagai storage tambahan, bukan storage utama.
Tabel komparasi Level Cell
|
Nah, begitulah kira-kira pembahasan mengenai SSD kali ini. Jadi semoga bisa menjadi pengetahuan tambahan atau mungkin bisa menjadi pencerahan bagi kamu yang sedang ragu-ragu untuk memilih SSD.
Sebentar, pertanyaan finale. Mending upgrade RAM atau SSD?
Hmm, pertanyaan yang sangat tricky dan licik sebenarnya. Ini berkaitan dengan
budget kamu pastinya. Saya sendiri akan lebih memilih upgrade ke SSD terlebih dahulu daripada RAM.
Kenapa?
karena memang kebutuhan untuk akses storage yang lebih cepat itu lebih krusial dan penting daripada besaran RAM yang dibutuhkan. Dan lagi RAM masih bisa diakali dengan menggunakan FD (flashdrive) kamu sebagai RAM dengan beragam trik seperti
Readyboost dan konfigurasi virtual memory ke FD. Nanti akan kita bahas lebih dalam di artikel lain. Tunggu saja!
P.S.: Nih, saya tambahin minyak biar kamu makin yakin untuk upgrade ke SSD!. Saya akan lebih memilih menggunakan core i3+SSD, ketimbang core i5+HDD. Karena laptop atau PC dengan SSD akan sangat lebih nyaman sekali untuk dipakai.
Terima kasih dan sampai jumpa di materi berikutnya!
Selalu ingat, di Teknonerdy ini belajar itu tidak susah, walaupun terkadang merepotkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar